Materi Pacelathon 



Berikut beberapa jenis dialog bahasa Jawa beserta contohnya:

1. Dialog Ngoko

Digunakan dalam situasi informal dan dengan orang yang dianggap dekat, seperti teman sebaya, saudara, atau anak-anak.

Ciri khasnya dari dialog ini adalah penggunaan kata-kata sederhana, kosakata sehari-hari, dan intonasi yang santai.

Contoh:

  • Budi: "Lho, kok kowe nang kene, Joko?" (Lho, kenapa kamu ada di sini, Joko?)
  • Joko: "Aku lagi dolan karo Rina, Bud." (Aku lagi main sama Rina, Bud.)
  • Rina: "Hai Budi, ayo gabung ngomong!" (Hai Budi, ayok gabung ngobrol!)

2. Dialog Krama Andap

Dialog ini digunakan dalam situasi formal dan dengan orang yang dihormati, seperti guru, orang tua, atau pejabat.

Salah satu ciri khasnya adalah penggunaan kata-kata halus, kosa kata khusus, dan intonasi yang sopan dan rendah hati.

Contoh:

  • Siswa: "Pak Guru, punten, kula kĆ©nging malih bab materi sapunika." (Pak Guru, maaf, saya ingin bertanya lagi tentang materi tadi.)
  • Guru: "Oh, nggih. Mangga dipunpitaken, Nak." (Oh, ya. Silakan ditanyakan, Nak.)
  • Siswa: "Kula boten ngertos tegesipun tembung puniki, Pak Guru." (Saya tidak mengerti arti kata ini, Pak Guru.)

3. Dialog Krama Inggil

Dialog krama inggil digunakan dalam situasi yang sangat formal dan dengan orang yang sangat dihormati, seperti pejabat tinggi atau bangsawan.

Ciri khasnya adalah dengan penggunaan kata-kata sangat halus, kosa kata khusus dan puitis, serta intonasi yang sangat sopan dan rendah hati.

Contoh:

  • Penggiring: "Punten Ngarsa Dalem, Ratu sudah rawuh wonten pendopo ageng." (Maaf Yang Mulia, Ratu sudah tiba di pendopo besar.)
  • Ratu: "Ngarsa nuwun, Pangeran. Pundi wonten prakawis apa?" (Terima kasih, Pangeran. Ada keperluan apa?)
  • Penggiring: "Kulo diutus Kangjeng Adipati untuk nyuwun pengarsa Dalem menyaksikan pertunjukan wayang." (Saya diutus Kanjeng Adipati untuk memohon Yang Mulia menyaksikan pertunjukan wayang.)

4. Dialog Campuran

Dialog ini merupakan kombinasi dari Ngoko, Krama Andap, dan Krama Inggil, tergantung situasi dan lawan bicara.

Ciri khas dari dialog ini adalah penggunaan bahasa disesuaikan dengan lawan bicara dan situasi, misalnya Ngoko dengan teman, Krama Andap dengan guru, dan Krama Inggil dengan pejabat tinggi dalam satu percakapan.

Contoh:

  • Ibu: "Dik, kowe wis rampung belajar? Bu Guru bakal teka neng kene lho." (Dik, kamu sudah selesai belajar? Bu Guru akan datang ke sini lho.)
  • Anak: "Wonten, Bu. Maaf nggih, Bu Guru kulo panggilna 'Pak Guru' bae ya?" (Sudah, Bu. Maaf ya, Bu Guru saya panggil 'Pak Guru' saja ya?)
  • Ibu: "Nggih, ora apa-apa." (Ya, nggak apa-apa.)






Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini